Cerita tentang Driver Online

Hallo world


    Kemarin sore, saya memesan ojek mobil dari aplikasi penyedia ojek online berwarna hijau. Saya sengaja memesankan grabcar untuk mengantar misua kembali ke Sumedang karena saya tidak bisa mengantar. Maklum saya lagi hamil 6 bulan, tidak bisa nyetir mobil, dan kehamilan saya beresiko tinggi. Akhirnya setelah menunggu beberapa detik, aplikasi menemenukan driver yang siap menjemput misua saya. "Hallo pak, bisa jemput?" begitu kira-kira chat pertama saya. "OK" jawab drivernya. Alhamdulillah dapat driver sudah, pikir saya waktu itu. Tapi setelah 5 menit dari waktu pemesanan, saya tidak melihat adanya pergerakan mobil driver dari titik asal driver. Saya ulangi pesan saya, "kulo tengguh nggih pak" yang artinya, saya tunggu ya pak, begitu. OK, katanya lagi. Kira-kira 10-15 menit baru mobil driver meluncur bergerak dari titiknya. Waktu itu menunjukan pukul 16.30 sore. Saya masih memelototi ponsel saya, memastikan driver tidak nyasar menuju rumah saya. Pas driver sudah berada dekat dengan titik penjemputan, tiba-tiba dari arah luar rumah terdengar suara benturan benda keras yang jarang sekali terdengar di perumahan tempat saya dibesarkan. Karena suaranya keras sekali, saya, misua, bapak, dan ibu auto keluar rumah memastikan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Perasaan saya tidak enak, meskipun begitu saya mencoba tetap tenang. 

    Benar saja, ternyata ada seorang ibu-ibu dan anak kecil yang jatuh tergeletak di jalan dengan motornya yang roboh di aspal jalan. Kondisi anaknya agak terpental ke sisi kanan jalan, sedangkan sang ibu jatuh berbaring 'mlumah' di dekat sepeda motornya. Helm sang ibu terlepas dan menggelinding ke arah kami. Tetangga saya yang mengetahui hal tersebut langsung berlari dan menggendong sang anak untuk dibawa ke teras rumahnya. Ibu saya juga ikut berlari membantu sang ibu berdiri, sedang misua ikut mengamankan sepeda motor menepikan ke jalan. Ternyata grab pesanan saya yang menabrak ibu tadi. Kepala saya agak sepaneng rasanya. Aduh, gimana ini gara-gara saya pesan grab malah terjadi hal seperti ini. Sambil memegangi perut saya yang sudah mulai menggendut itu saya berjalan pelan mendekati kerumunan para tetangga yang pada keluar menolong ibu. Sontak suasana perumahan yang awalnya sepi berubah menjadi riuh. Misua masih mencoba ngobrol dengan driver grab untuk memintanya menunggu sebentar. Sedang para tetangga memastikan kondisi ibu dan anak baik-baik saja. Alhamdulilllah anak nya hanya luka lecet di lutut dan sang ibu tidak ada luka, (saya sedikit tidak percaya, karena sang ibu jatuh berbaring ke belakang dengan posisi helm terlepas dari kepala). Semoga tidak terjadi apa-apa dengan ibu itu, karena ibu itu mengeluhkan hampir pingsan ketika terjatuh tadi. 

    Setelah diruntut kejadianya, kami para tentangga tidak bisa memastikan siapa yang salah. Pak RT yang kebetulan rumahnya dekat dengan TKP datang dan memanggil driver grab untuk turun. Saya agak merasa tidak beres dengan driver grab tadi karena sebelumnya tetangga saya yang lain sudah meminta beliau untuk turun dari mobil tapi tidak kunjung turun. Sempat saya berfikir, apakah dia ada niatan akan kabur dan tidak bertanggung jawab saya tidak tahu. Setelah di dekati Pak RT. Ternyata driver mengatakan tidak bisa turun dari mobilnya, karena kondisi kaki nya yang tidak bisa berjalan karena habis operasi. Saya masih berfikir jika beliau berbohong. Tapi jika dilihat dari tampang dan perawakanya, tidak nampak seperti seorang yang licik dan cerdik mencari alasan. Pak RT kembali memastikan dengan melihat kondisi kaki driver, ternyata benar kakinya dalam kondisi masih di perban. 

    Singkat cerita, karena ibu dan anak sudah tenang, akhinya driver meminta maaf kepada sang ibu pamit pulang. Riuh para tetangga akhirnya bubar. Saya meminta driver tadi untuk membatalkan perjalanan yang saya pesan dan saya memesan kembali driver yang lain. Akhirnya dapatlah satu driver yang saya tahu rumahnya tidak jauh dari rumah saya. Driver ini sebelumnya sudah saya cancel, sebelum saya dapat driver yang tabarakan tadi. Bagaimana tidak saya cancel, saya memiliki pengalaman yang tidak mengenakan dengan driver tersebut. Bulan lalu saya memesan grab untuk mengantar saya, bapak, dan ibu dari RS untuk pulang ke rumah. Dia melajukan mobil nya dengan kecepatan yang tinggi, padahal yang dilaluinya adalah jalan perumahan. Bahkan raut muka nya pun tidak ramah sama sekali. Saya sebagai seorang anak, tidak tega rasanaya ada seorang driver yang membawa kedua orang tua saya dengan tidak sopan dan tidak 'ngajeni wong tuo' padahal sudah terlihat bapak saya tidak bisa lancar berjalan. Setidak nya ada unggah-ungguhnya sedikit, pikirku. Dan setelah saya tau, ternyata driver itu memiliki persewaan billyard didepan rumahnya, saya semakin tidak suka. Pokoknya dimata saya salah, dia salah dalam segala sisi. 

Dengan berat hati, akhirnya saya merelakan misua saya diantar oleh driver tersebut. Akhirnya saya berdamai dengan segala penilainan saya terhadap dia. Bukan karena saya menemukan sisi baik dibalik sikap nya yang tidak baik. Tapi karena saya memilih untuk berdamai dengan segala penilaian saya meskipun tidak singkron dengan pemikiran saya di otak. Saya katakan dalam hati, sudahlah mingkin itu memang rejeki driver itu. Toh bukan kedua orangtua saya yang naik. Seandainya dia melaju dengan kencang, masih bisa termaafkan karena dia mengantarkan misua saya yang sama-sama masih anak muda, sama-sama lanang. Kalo macem-macem bisa saling berantem. Tapi saya juga tidak berharap itu terjadi. Saya katakan sama drivernya, "Pak jangan kencang-kencang ya nyupirnya", kataku. Akhirnya misua saya berangkat diantar driver tersebut. 

    Saya menarik nafas dalam sambil berbaring di tempat tidur, mengelus-elus perut saya. Ada-ada saja ya Allah, kataku. Kejadian tadi masih terngiang-ngiang di kepala. Tidak ada yang bisa disalahkan. Di satu sisi saya tidak ingin misua saya diantar oleh grab yang memiliki attitude yang buruk, disatu sisi saya tidak bisa memastikan bahwa driver lain lebih baik. Semua diluar kemampuan saya. Namanya juga musibah, kalo kata orang-orang. 

    Tapi dibalik itu semua, dibalik cerita tadi ada sedikit pesan tersirat yang bisa saya pelajari. Saya tidak bisa mengatur bahwa segalanya akan berjalan dengan baik sesuai rencana kita. Allah lah yang Maha Mengatur dan Maha Mengetahui. Saya sadar, bahwa Allah sudah memberikan jalan lain yang lebih baik. Coba saja, tidak tejadi kecelakaan dan ibu tadi tidak terjatuh. Saya tidak akan tau kondisi driver dan bisa saja terjadi apa-apa dengan misua saya dijalan. Atau sebaliknya, coba saja saja tidak mencancel supir yang tidak punya unggah-ungguh itu, mungkin saja ibu tadi tidak kecelakaan dan misua sudah sampai di terminal bis. Dan masih ada seandainya-seandainya lainya yang saya inginkan. 

    Dari situ saya semakin sadar, bahwa setidak suka itu dengan ketetapan Allah SWT, Allah sebenarnya memberikan jalan yang terbaik untuk saya. Apa yang saya sukai belum tentu itu baik untuk saya, dan apa yang saya tidak sukai belum tentu itu tidak baik untuk saya". Kalimat dan kejadian itu menampar saya sekali lagi tentang beberapa hal yang sudah terjadi dalam hidup saya yang saya merasa tidak suka, tidak srek. Sebenernya dibalik itu semua, Allah sesayang itu sama saya. 

    Saya juga belajar, bahwa rezeki itu tidak akan lari kepada yang bukan pemilliknya. Meskipun orang-orang lain sudah berusaha keras untuk mengambil rezeki tersebut. Jika rezeki itu ditakdirkan milik kita, maka sepeserpun tidak akan tertukar. 

    Saya juga belajar, bahwa setidak baik apapun kita, Allah masih memberikan rezeki dan kasih sayangnya kepada kita (tengok bagaimana sikap driver tanpa unggah-ungguh tadi, Allah masih mengizinkanya mendapatkan rezeki dari usaha grabnya). Rasanya, jika Allah saja masih sememaafkan itu dengan tingkah laku kita, bagaimana jika kita bisa bersikap lebih baik lagi? Pasti Allah akan lebih sayang dan akan membantu kita, amin. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT, selalu diberikan kesehatan, keselamatan, rezeki, kekuatan, dan ketenangan dalam beribadah. Amin, Amin ya robbal alamin

Sedikit cerita dari aplikasi grab, akhirnya saya memutuskan melaporkan kejadian tadi ke CS grab agar tidak terjadi kejadian serupa. Awalnya saya merasa tidak perlu karena takut driver yang habis operasi tadi tidak dapat orderan grab, kasian nanti bagaimana anak istrinya dirumah. Tapi saya tetap memutuskan untuk lapor. Setidaknya, agar kejadian ini tidak akan terulang kembali. Saya yakin driver tersebut akan dapat rejeki lainya dari Allah lewat pintu-pintu yang lain.  

Dan ngomong-ngomong tentang driver yang nggak punya unggah-ungguh itu, sebelumnya saya memang tidak memberikan rating rendah kepada driver tersebut seperti permintaan ibu saya setelah selesai diantar dari RS. Saya merasa kasian, takut rating nya di grab turun dan jadi sepi orderan (karena saya tau rasanya bagaimana menunggu orderan masuk meskipun saya tidak pernah menjadi driver online, hanya sebagai seller shoppee). Saya cuma berdoa, jangan sampai dapat driver itu lagi dan semoga dia nggak gitu lagi sama penumpang lainya. Dan benar ternyata masih ada rejeki driver tersebut, qodarullah bahkan melalui saya. Mungkin kali ini adalah balasan dari Allah untuk saya utk dijauhkan dari musibah, karena saya dulu pernah memaafkan perilakunya yang tidak berunggah ungguh itu sama orang tua saya. Hikmah dari memaafkan dan memudahkan urusan orang lain.

Sekian cerita dari saya, si tukang overthinking. 

(Kejadian seperti ini pun saya pikirkan sampai larut malam wkwkwk)

 

 

Posting Komentar

2 Komentar