Pengalaman Operasi Pengikatan Mulut Rahim / Cervical Cerclage

 Assalamualaikum WR WB

Alhamdulillahirobilalamin, tiga hari yang lalu saya sudah selesai melakukan pengikatan mulut rahim. Tindakan ini dilakukan oleh dokter saya untuk mengantisipasi terjadinya abortus/ keguguran berulang, mengingat pada kehamilan saya yang pertama kemarin, saya mengalami keguguran di usia kehamilan 22 minggu. Qodarullah, semoga Allah memberikan tempat terbaik untuk anak saya yang pertama, Fadia Innaya yang lahir pada tanggal 22 Juni 2022 lalu. 

Kenapa harus dilakukan pengikatan mulut rahim?

Seperti yang saya ceritakan diatas, saya memiliki riwayat keguguran di trimester dua. Waktu kehamilan pertama kemarin, saya mengalami keputihan yang menurut saya sulit untuk sembuh. Saya sudah mencoba menggunakan betadine feminine hygiene, selama 3 hari sesuai petunjuk kemasan namun tidak menunjukan kesembuhan. Kemudian saya diresepkan dokter antibiotik supositoria, yang dimasukan per vaginum. Itu juga tidak sembuh. Awalnya saya mengira bahwa air di kosan saya kotor karena terkadang dari kamar mandi kamar kosan saya tercium bau seperti air got. Saya juga berfikir apakah saya tidak menjaga kebersihan celana dalam saya, mengingat saya jarang membawa cd cadangan di siang hari saat bekerja, sehingga kondisi celana dalam saya selalu lembab. Kemudian saya juga mencoba untuk makan yogurt setiap hari, berharap agar flora normal vagina saya menjadi seimbang. Tapi keputihan tersebut kok semakin lama semakin keruh dan berwarna kecokelatan. Saya semakin bingung, ditambah perut saya sering nyeri. Waktu itu kepala saya rasanya seperti berputar-putar, stress banget. Banyak hal yang harus dipikirkan tapi tak kunjung menemukan penyelesaian. Maklum kehamilan pertama itu banyak sekali bingungnya. Saya juga belum tahu batasan-batasan sekuat apa tubuh saya beraktifitas, sehingga kadang apabila saya lelah dan perut saya agak nyeri, saya tetap berusaha untuk beraktivitas. Dan sekarang saya menyadari itu adalah hal yang salah. 

Balik lagi ke keputihan yang kecokelatan tadi. Akhirnya berubah menjadi flek cokelat. Kemudian semakin bertambah banyak dan berwarna merah orens. Perut juga kenceng banget rasanya. Udah minum antinyeri tapi tidak sembuh. Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk ke rumah sakit. Di UGD, bidan memeriksa ternyata saya sudah pembukaan hampir satu. Air ketuban ternyata juga sudah rembes waktu dicek menggunakan kertas lakmus. Akhirnya saya opname. Dokter sudah memberikan obat antikontraksi dan anti pendarahan, tapi masih tetap pendarahan. Akhirnya setelah satu minggu dirawat, saya melahirkan anak saya dan qodarullah meninggal setelah 3 jam dilahirkan. 

Dikehamilan yang kedua ini, saat usia kehamilan saya 8 minggu saya memeriksakan diri ke dokter kandungan. Setelah di USG, dokter mengatakan kemungkinan mulut rahim saya pendek dan harus dilakukan pengikatan mulut rahim. Ibarat botol aqua yang dibalik, rahim saya memiliki tutup yang kecil. Sehingga kekuatanya tidak sekuat rahim normal yang memiliki panjang mulut rahim sekitar 2.5 cm. Tapi dokter meminta saya untuk kembali sebulan lagi, untuk memastikan kondisi saya. 

Akhirnya saya memutuskan untuk pulang kampung ke Pati, karena saya rasa di Sumedang tidak ada rumah sakit yang bagus dan saya tidak memiliki support system disana. Di Pati, dokter melakukan usg pervaginum dan mengukur panjang mulut rahim saya. Ternyata benar, panjang mulut rahim saya cuma 0.9 cm. Mau tidak mau, satu-satu nya jalan memang harus segera dilakukan pengikatan mulut rahim sebelum janin mulai besar. Dokter kemudian bertanya, mau operasi kapan. Dengan tegas saya jawab, sekarang dok. Saya berpikir lebih baik dikerjakan secepat mungkin sebelum nanti nya bertambah parah. Bismillah.

Pengalaman Cervical Cerclage

Setelah saya setuju untuk dioperasi hari itu juga, saya diminta dokter untuk melakukan pemeriksaan laborat terlebih dahulu. Waktu itu yang diperiksa adalah hematologi darah, golongan darah., hepatitis B, HIV, dsb (lihat difoto). Alhamdulillah hasilnya bagus. Kemudian saya disuruh puasa sampai jam 4. Jam 4 saya mulai dipasang infus dan kateter lalu di bawa menuju ruang operasi. 

Saya dibius setengah badan (epidural). Jadi saya bisa melihat apa yang dilakukan dokter dan timnya ketika melakukan operasi. Cukup singkat dan ringan operasinya, hanya sekitar 1 jam saja. Setelah operasi saya dibawa ke ruang observasi sampai jam 7 malam, baru boleh pindah ke ruang rawat inap. Alhamdulillah tidak sesakit yang saya kira. Besoknya saya udah bisa jalan dan boleh pulang. Dokter memberikan obat antibiotik dan antipendarahan. Tapi sejauh ini tidak terjadi pendarahan, alhamdulillah. Jadi saya tidak perlu minum obat antiperndarahan. 

Ini waktu di ruang persiapan operasi nahan sakit habis di pasang infus sm kateter. Sakit nya pas diawal awal, habis itu berkurang.

ini habis oprasi, dibawa ke ruang rawat inap

Ini dah bisa senyum habis oprasi wkkwkw

Ya Allah, semoga dikehamilan saya kali ini sehat dan selamat. Semoga adek bayi di perut sehat dan saya & suami diberikan kekuatan, kesabaran, dan rezeki untuk bisa merawat titipan Mu ini. Amin

Posting Komentar

0 Komentar